“Bekal” Akhirat

Hidup selalu berputar seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah. Saat kita merasa kehidupan “di atas” tidak usah terlalu senang, begitupun saat “di bawah” tidak usah terlalu sedih. Saya lupa baca dimana, kira-kira begini bunyinya: Hidup di dunia seperti persinggahan sementara, ibarat seorang musafir yang sedang berteduh sejenak. Jangan sampai terikat, karena kita menetap di dunia hanya sejenak saja.

Kehidupan yang saat ini sedang “di bawah”, membuat saya merenung, berpikir kembali, “Kita ini hidup untuk apa? Apa yang sebenarnya penting? Apa yang ingin saya capai di dunia dan apakah itu penting?”

Perjalanan Hidup Manusia

Lihat ilustrasi di atas? Hidup di dunia berarti kita baru menempuh ¼ kurang perjalanan. Di satu titik inilah yang menentukan “sisa” ¾ perjalanan kita. Apakah kita akan tersiksa atau bahagia selama ¾ perjalanan sampai tempat tujuan (surga/neraka), ditentukan oleh waktu kita di dunia ini.

Saya termasuk orang yang bekerja tanpa kenal waktu (tuntutan pekerjaan). Bahkan saat awal menikah, saya dan suami jarang berinteraksi. Saat saya berangkat, suami pulang dalam kondisi kelelahan, sering juga sebaliknya. Saat hamil, saya sempat berpikiran untuk kelak menitipkan anak ke orang tua saya, agar saya bisa fokus mengejar karir. Namun, semakin saya mengenal Islam lebih dalam, saya merasa tidak bahagia dengan hidup saya. Saya merasa waktu saya hilang begitu saja.

Menjawab pertanyaan saya sendiri, kita hidup untuk menyembah ALLAH dengan beribadah. Hal yang penting yaitu menyiapkan “bekal” untuk  “sisa” ¾ perjalanan. Apa amalan yang pertama kali dihisab? SOLAT. Perbaiki solat. “Celakalah orang-orang yang solat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap solatnya” [Al-Maun: 4-5] Naudzubillah min dzalik. Jangan sampai saya termasuk orang-orang yang disebutkan pada surat Al-Maun. Sehingga saya berusaha solat wajib di awal waktu (tidak menunda-nunda), berusaha lebih khusyuk, dan mengerjakan solat sunnah (tahajud, dhuha, qabliyah, dll).

Apa lagi yang penting? Tentunya mengamalkan rukun iman dan rukun Islam. Apalagi? Jika saya meninggal kelak (meninggal itu PASTI), saya tidak bisa beribadah lagi. Tapi ada 3 hal yang masi bisa menjadi “bekal tambahan”, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta doa anak yang soleh. Amal jariyah yang seperti apa? Seperti turut serta membangun mesjid, sedekah al-Quran, dll. Selama mesjid/Al-Quran tsb dipakai orang lain, pahala akan mengalir terus ke kita. Ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan mengajar atau menulis artikel/buku yang bermanfaat. Dan terakhir, doa anak soleh. Apakah mudah menjadikan anak saya soleh? Tentu tidak. Saya pun harus belajar agama dengan sungguh-sungguh, agar saya bisa mengajarkan ilmu agama ke anak saya.

Itulah cara saya. Setiap orang punya caranya masing-masing dalam mempersiapkan “bekal” akhirat. Mana yang benar? Selama caranya sesuai dengan Al-Quran dan hadis, insya Allah benar.

Where is Palestine, Google? #PalestineIsHere

I searched for Palestine on Google Map, and voila there it is! NOT! Where is Palestine?? It doesn’t matter, Palestine is still there. But it hurts. What do you feel if Google decides to “erase” your country from its map? It hurts right?

Areas that claimed by Israel are actually Palestine’s. What do you feel if: there’s someone who begs for a place to live in your house. You welcomed this person to live in your house with your family. Then, this person has family, but still live in your house. Later on, this person and his families forced you and your families to live in the basement. It’s getting worse, they try and try and try to kick you from YOUR house. Whose house? YOU. But this person CLAIMED it as his house. Imagine that in a bigger scale, land or country. That’s exactly what Israelis has been doing to Paletinians for years.

images (9)

Your house was destroyed. You can’t get a proper job because Israel forbid you. You and the most people in your country are poor. You can’t freely going anywhere without being watch or “examined” (read: tortured) by Israel’s authorities. Israel and their allies often attack or bomb your land for whatever reason they feel “right”. You live like in a huge prison. They keep expanding and claiming your house, your land, your country. How do you feel then? That’s what Palestinian faced with every single day.

That isn’t war. That’s genocide. Just like Hitler killed A LOT of jews. Israelis killed A LOT of Muslims in Palestine. You won’t find these facts in media that owned by Israel or allies. They always reports Israelis have been attacked by Palestinians. Really? How many? Usually not more than your fingers. It’s because Israelis attacked first, Palestinians only try to defend theirself. But Israel using it as a reason to attack or bomb Palestine, which caused hundreds even thousands of Palestinians injured or die. MANY children are orphaned, MANY parents lost their childs. You called it war? NO! It’s GENOCIDE. What happens in Suriah is not that different.

Btw you won’t find these facts in mainstream medias. These media always turned the facts about Palestine upside down. The oppressor (Israel) looks like victim, while the REAL victim (Palestine) looks like the oppresor. That’s media these days.

Alhamdulillah there are a lot of organizations here in Indonesia that regularly sending helps to Palestine, such as MER-C, ACT, KNRP, Dompet Dhuafa, BSMI, etc. These organization sent foods, clothes, medicines, etc. They even built hospital and provides its doctors, nurses, etc. Hopefully through them, we Muslims in Indonesia can help our Muslims brothers and sisters in Palestine.

My prays always with them. Hopefully ALLAH always give them strength and always believe in ALLAH. May they all go to Jannah later in akhirah. May we all Muslims meet again in Jannah. Amiinn.