Assalamu’alaykum, saya mau sharing materi yang saya bawakan kemarin. Semoga bermanfaat bagi proses acceptance para Bunda yang dikaruniai ABK (anak berkebutuhan khusus).
Pada saat Rafa didiagnosis ASD (autism spectrum disorder), saya sempat denial, sampai “shopping dokter” dengan mendatangi 1 psikolog anak, 1 dokter rehabilitasi medik, 1 psikiater teman saya dan 1 psikiater anak. Semuanya memberikan diagnosis yang sama, sindrom Asperger/ASD ringan.
Tantangan apapun ke depannya bagi saya dan Rafa, insyaAllah sesuai kesanggupan kami, tidak perlu kuatir akan masa depan, husnudzon terhadap Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemberi Rezeki.
Seringkali terasa berat, disitulah saya berdoa memohon kemudahan pada Allah, agar beban yang seharusnya sanggup saya pikul, menjadi terasa lebih mudah.
Jalinlah komunikasi dan hubungan baik dengan pihak yang memberikan terapi (terapis, psikolog, dokter rehabilitasi medik, dokter anak) juga pihak sekolah (para guru, orangtua murid), insyaAllah akan sangat membantu anak.
Dulu saya seringkali menyalahkan diri sendiri atas segala sesuatu yang menimpa Rafa, dari mulai speech delay-nya, sampai ASD. Saya lupa, bahwa saya hanya manusia yang bisa berusaha, ada takdir Allah yang mutlak.
Prinsip “oxygen mask” saya dapatkan dari sahabat saya. Ibarat terjadi turbulence hebat di pesawat, masker oksigen dikeluarkan, pakailah untuk diri sendiri dulu, baru ke anak. Jangan terlalu fokus memenuhi kebutuhan anak, sampai melalaikan kebutuhan diri sendiri. Penuhi kebutuhan fisik (tidur cukup, tidak terlambat makan, olahraga), mental (me-time, dengan melakukan hobi seperti membaca buku, nonton, berkebun, dll) dan spiritual Bunda. Kebutuhan spiritual yaitu memenuhi kebutuhan jiwa (ruh, nafs) yang ingin selalu dekat dan beribadah kepada Allah. Milikilah cita-cita untuk Bunda sendiri, yang tidak berkaitan dengan anak, supaya Bunda lebih semangat menjalani hidup.
Semoga sharingnya bermanfaat. Wassalamu’alaykum.