Setelah Lulus Dokter, Mau Jadi Apa?

Duluuu, 13 tahun lalu (waw saya udah tua), setelah lulus, saya hanya kepikiran mau praktek di klinik dan rumah sakit, mungkin setahun 2 tahun, lalu lanjut sekolah spesialis. Kenapa? Just because. Soalnya rata-rata lulusan dokter begitu “jalannya”. 

Tapiii, jalan saya ternyata tidak “selurus” itu, bahkan melenceng jauh, wkwk. Di postingan ini saya mau membuat list “jalan” para dokter yg saya kenal.

  • Kalau saya, praktek di RS dan klinik beberapa tahun, lalu berhenti, jadi ibu rumah tangga. Perpanjang STR dgn UKDI lagi. Kalau habis lagi gimana? Mungkin UKDI lagi, mungkin sebelum habis saya praktek lagi, mungkin ga saya perpanjang lagi, atau yg lain, lihat gimana nanti. Saat ini kuliah online psikologi islam S1.
  • Ada yg praktek di klinik yg bukan 24 jam (ga ada jaga malam), 4-5x seminggu, tiap praktek 3-4 jam saja. Dia enjoy banget masak, dekor rumah, juga menjahit.
  • Ada yg ambil kursus laktasi, praktek jadi konselor laktasi di rumah sakit, kadang jaga IGD juga. Suka open po berbagai kue yg enak-enak banget.
  • Ada yg ambil kursus laktasi, praktek jadi konselor laktasi di rumah sakit. Setelah sekitar 10 tahun praktek, lalu dia ambil sekolah spesialis.
  • Ada yg kerja di klinik tumbuh kembang, klinik sunat dan klinik bukan 24 jam. Ga ada jaga malam. Prakteknya masing-masing 1x seminggu (jadi total 3 hari saja dalam seminggu). Dia juga lagi kuliah psikologi islam S1 bareng saya. Dia juga aktif di berbagai organisasi parenting.
  • Ada yg bikin klinik pratama, sekaligus praktek disana. Ada juga yg kliniknya berkembang jadi punya beberapa cabang. 
  • Ada yg ambil kursus estetik, bikin klinik kecantikan, sekaligus praktek disana. 
  • Ada yg kerja di sekretariat fakultas kedokteran. Dia punya berbagai bisnis bareng suaminya. 
  • Ada yg jadi ibu rumah tangga, ga perpanjang STR-nya, hobinya memanah dan menjahit, jago masak juga.
  • Ada yg kerja di puskesmas, ambil S2 MARS, jadi PNS, lanjut karir di dinas kesehatan.
  • Ada yg kerja di puskesmas beberapa tahun, lalu sekolah spesialis.
  • Ada yg ambil S2 MARS, saat ini kerja sebagai manajemen rumah sakit, tapi pernah juga jadi manajemen jejaring klinik, PMI, dll. Beberapa kali pindah kerja krn ikut penempatan kerja suaminya. Saat ini dia kerjanya tiap hari 7 jam, fleksibel bisa WFH kalau lagi sakit atau keluarganya sakit, atau urusan mendadak lainnya.
  • Ada yg ambil S2 MARS, beberapa kali pindah ikut suaminya. Dia kerja konsultasi online di salah satu aplikasi kesehatan, jadi pengurus pengajian online rutin.
  • Ada yg ambil S2 medical illustration di luar negeri, lalu bikin start-up di bidang tersebut, dan sekarang banyak kerjasama dengan para dosen. Di angkatan, sepertinya dia paling high-tech dan update soal teknologi kedokteran.
  • Ada yg ambil S2 bisnis, kerjasama dengan dokter spesialis utk bikin klinik vaksin dan tumbuh kembang, yg sekarang masyaAllah cabangnya dimana-mana. 
  • Ada yg ambil S2 biomedik, lalu jadi dosen pre-klinik, juga aktif banget edukasi lewat sosial media.
  • Ada yg ambil S2 dan PhD di luar negeri, kerja disana sebagai researcher. Lalu balik ke Indonesia, UKDI lagi, lulus, lalu sekolah spesialis. 
  • Ada yg sekolah spesialis, lalu kerja di RSUD dan klinik (3 SIP terpakai semua). Ada yg praktek “saja”, ada juga yg sambil bisnis coffee shop, penginapan, bikin aplikasi kedokteran, dll.
  • Ada yg sekolah spesialis, lalu kerja jadi staf rumah sakit pendidikan (swasta), juga praktek disana. Saat ini dia sambil kuliah hukum S1. 
  • Ada yg sekolah spesialis, lalu kerja jadi staf rumah sakit pendidikan (negeri), juga praktek di rumah sakit swasta. Di rumah sakit pendidikan itu jadi dosen sekaligus urus pasien sekaligus berbagai urusan administrasi, yg saya juga kaget ternyata seabrek itu kerjaannya staf. Staf juga harus lanjut sekolah PhD atau S3, lalu lanjut sekolah profesor.

Banyak banget kan jalannya masyaAllah. Oia, ini jalan yg saya list dari dokter perempuan dan laki-laki ya, lulusan negeri maupun swasta. Gajinya gimana? Tergantung. Kalau buat hidup cukup, tapi kalau mau jadi tajir melintir 7 turunan, jangan jadi dokter lah. Kecuali punya bisnis atau dagang. Oia, bahasa Arab-nya pedagang tuh “taajirun” loh, mungkin kata tajir itu kata serapan dari bahasa Arab. Anyway, menurut saya, ga ada jalan yg lebih baik dari yg lainnya. Saya percaya Allah sudah menentukan jalan terbaik bagi setiap orang. 

Saya jadi ingat pas Syaikha Dr.Haifaa Younis ceramah di Jakarta. Beliau itu dokter spesialis obgyn di Amerika, juga seorang syaikha (ulama perempuan). Kurang lebihnya dia bilang, “accept that Allah put you here, and make the most of it with activities that Allah loves”. Kata “here” maksudnya peran yg kita jalani saat ini. Apapun perannya, jalani sebaik-baiknya, dan pastikan aktivitas kita itu yg baik dan diridhoi Allah.

Btw, bisa jadi ulama juga loh, seperti Syaikha Dr.Haifaa Younis. Ulama lainnya yang juga dokter itu adalah dr.Zakir Naik. Kalau yg orang Indonesia, ada dr.Raehanul Bahraen. MasyaAllah.

Sampahku, Tanggung jawabku

Dulu saya berpendapat bahwa sampah itu bukan urusan saya. Sampah itu urusan tukang sampah. Saya lupa sejak kapan jadi lebih aware tentang isu sampah. Ternyata sebagian besar sampah di TPA hanya ditumpuk. Kalau mau baca lebih lanjut tentang TPA bisa lihat di website: https://waste4change.com/blog/kondisi-tpa-penuh-indonesia/ Saya pun baru tahu kalau TPA itu bukan Tempat Pembuangan Akhir, tapi Tempat Pemrosesan Akhir. Berarti harusnya ada proses mengelola sampah di tahap-tahap sebelumnya, bahkan saat sampah masih di rumah saya.

Pada tahun 2019-2020, saya ikut Gemari Pratama yang diadakan komunitas @gemarrapi. Tujuan awal saya ikut kelas tersebut supaya saya lebih mudah merapikan rumah dengan effortless. MasyaAllah, ternyata ilmu yg diberikan di kelas tsb melimpah. Tidak hanya ttg mengatur rumah, tapi juga sustainable living. Disitu ditekankan pentingnya mengelola sampah kita sendiri semampu kita. Bagaimana caranya? 

Untuk sampah organik, bisa dijadikan kompos, caranya dengan dimasukkan ke komposter atau biopori. Alhamdulillah di kelas Gemari Pratama ada workshop mengompos gratis. Di grup diskusi pun suka ada yg sharing ttg biopori, masyaAllah. Ada juga ttg ecoenzyme, saya coba bikin tapi zonk, wkwk. Lebih mudah bikin kompos sih menurut saya. 

Untuk sampah anorganik: reduce, reuse, kemudian recycle. Jadi sebaiknya dikurangi dulu (reduce) pembelian dan pemakaiannya. Tahap berikutnya sampah yg sudah dibersihkan (cuci dan keringkan), bisa digunakan lagi (reuse) namun beda fungsi. Misalnya botol plastik dan kotak susu bisa utk bahan prakarya anak, atau botol plastik besar utk media bercocok tanam. Kalau saya masih lebih sering yg tahap recycle

Dulu saya mikir, ya Allah cape amat ya ngurusin sampah gini. Tapi setelah tau gimana nasib sampah di TPA, koq nyes ya rasanya. Belom lagi di TPA beberapa kali kejadian longsor dan banyak korbannya. Beritanya bisa cek disini: https://sustaination.id/hari-peduli-sampah-nasional/ 

Mulai saat itu, saya lebih semangat utk reduce, reuse dan recycle, juga menjalani sustainable living

  • Saya coba mengurangi sampah pembalut dengan mengganti ke pembalut kain. Dulu saya mikir koq kayaknya jijik dan ribet. Ternyata enggak tuh. Saya coba merk gg dan cluebebe, cukup menyerap dan mudah dicuci (pakai sabun lerak batang). Alhamdulillah sudah sekitar 2 tahun saya pakai pembalut kain, dan sesekali pembalut sekali pakai (kalau lagi pergi ato lagi dismenorea/nyeri haid). 
  • Sampah anorganik saya bersihkan, lalu saya kirim ke lembaga recycle seperti @waste4change, @rebricks.id, atau @armadakemasan. Oia, minyak jelantah juga jangan sembarang buangnya. Saring dan simpan di jerigen, lalu disalurkan ke lembaga recycle di atas.
  • Kurangin belanja yg sebenarnya ga saya butuhkan. Dulu saya tipe yg banyak nyetok, karena saya melihat orgtua saya seperti itu. Tapi ternyata generasi orgtua itu seperti itu krn dulu jaman perang, jadi penting utk menyetok banyak barang-barang kebutuhan pokok. Jaman sekarang apakah masih relevan? Alhamdulillah Indonesia aman, dan ngesot dikit biasanya ada warung ato minimarket, mudah sekali, jadi tidak perlu nyetok banyak, secukupnya saja utk 1-2 bulan. 
  • Children see, children do. Anak mudah sekali meniru orangtuanya. Melihat saya dan suami alhamdulillah cukup konsisten, anak pun jadi meniru. Anak saya uda bisa memilah sampah, juga suka membantu saat saya membuat kompos. Bahkan dia suka tiba-tiba ambil kotak/kaleng susu, kemudian dia berkreasi. 
  • Quality over quantity. Saya lebih memilih membeli barang yg kualitasnya bagus dan tahan lama, dibandingkan bolak balik beli jenis barang yg sama krn bolak balik rusak. Kalo gampang rusak kan nantinya jadi sampah. Misalnya alat masak stainless steel, lebih mahal tapi awet banget masyaAllah. 
  • Perbaiki dulu barang yg rusak. Selama ga ganggu fungsi, pakai terus barangnya. Jadi ga gampang lembiru (lempar, beli baru). Kalau saya misalnya kipas angin, kakinya bbrp kali patah, ya saya lem lagi selama kipasnya masih bagus, bahkan anak saya jg pernah lem kaki kipas angin tsb, dan skrg kipasnya uda 12 tahun loh, masyaAllah.
  • Menggunakan cairan pembersih yg lebih ramah lingkungan. Saya baru coba deterjen pureco, wanginya soft dan hasil cucinya bersih juga. 
  • Mengompos sampah organik. Btw 50% sampah di TPA itu sampah organik loh, jadi kalo kita bisa mengompos sendiri, akan mengurangi tumpukan sampah di TPA. Iya sih awalnya jijik, sempet horor juga pas nemu banyak belatung, eh tapi itu ternyata larva BSF (black soldier fly), bukan hama. Larva BSF ini bermanfaat banget mempercepat proses penguraian sampah organik, komposnya cepet jadi. Baca ttg BSF disini: https://distanpangan.baliprov.go.id/lalat-tentara-hitam-black-soldier-fly-serangga-yang-beragam-manfaat/ Saya pakai komposter dari @sustaination. Diaduk seminggu 1x, alhamdulillah bisa panen dalam 1-2 bulan. Kalau lebih sering diaduk bisa lebih cepet panen sih. Seneng banget liat sampah organik bentuknya jadi kayak tanah lagi, dan bisa dipakai utk bercocok tanam.
  • Rutin decluttering kemudian donasi barang-barang yg masih layak pakai, supaya bisa digunakan dan dimanfaatkan orang lain. Favorit saya beberapa tahun ini pakai jasa @donasibarang. Mereka bisa jemput barang di rumah kita dengan minimal jumlah barang donasi seukuran 5 dus aqua gelas. Gratis. Boleh memberikan uang tapi di dalam amplop, ditujukan ke koordinatornya, Kang Ade. Biasanya kang Ade akan memberitahu kita uangnya utk apa saja, jujur dan transparan. 

Mungkin ada yg berpendapat “ribet amat sih”. Iya sih, awalnya buat saya pun ga mudah, cape juga, tapi doa terus mohon kemudahan ke Allah, alhamdulillah jadi lebih enteng. Balik lagi ke diri sendiri. Yakin sampah ini urusan tukang sampah aja? Bisa tanggung jawab ga kalo di akhirat nanti ditanya Allah? 

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30) *Via Al-Qur’an Indonesia https://quran-id.com 

Mencari SD inklusi untuk ABK

Assalamu’alaikum, 

Saya mau berbagi sedikit pengalaman saya beberapa tahun lalu mencari SD untuk Rafa. Sebelumnya saya sudah konsultasi dengan psikolog anak, bahwa Rafa bisa sekolah di sekolah inklusi (campur dengan murid tipikal/bukan ABK), tidak perlu sekolah di sekolah khusus ABK. Alhamdulillah. Awalnya saya sangat excited dan optimis. Ini kan Jakarta, pasti banyak SD Islam inklusi, ada fasilitas untuk ABK (anak berkebutuhan khusus), dan kuota ABK-nya banyak. Saya lupa berapa persisnya SD yg saya datangi, yg jelas >10, dan ternyata sebagian besar tidak menerima ABK. Saya sempet patah hati. Sebagian besar alasannya karena tidak ada psikolog sekolah atau learning support unit untuk ABK. Sebagian kecil ada yg tidak mau menerima ABK. Disini saya mau membahas 3 SD yang menerima ABK, yaitu Al Jannah, Sekolah Kak Seto dan Embun Pagi. Saya bahas satu persatu ya.

  1. Al Jannah

https://www.sekolah-aljannah.com/

Alamat: Jl. Jambore no.4 RT.05/RW.06 Pondok Ranggon, Kelurahaan, Harjamukti, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16454

Telepon: 0821-2500-6000, 021-84594514

Sekolahnya luaaasssss, serius. Di dalam komplek sekolah tersebut ada TK, SD, SMP dan SMA. Area TK dekat dengan SD, cukup jauh dari area SMP dan SMP. Ada banyak lapangan outdoor yang luas. Ada masjid besar. Ada kolam renang indoor. Kalau ga salah ada area berkebun juga. Oia, ada area kolam pemancingan. Kebayang kan betapa luas dan asri sekolahnya. 

Fasilitas ABK: ada terapis sekolah, menyediakan shadow teacher, anak bisa menjalani sesi terapi di sekolah. 

Kuota ABK: 10 anak per angkatan. 

Uang pangkal: 30 juta+

Uang formulir: 600 ribu

SPP: 2 juta+

  1. Sekolah Kak Seto

https://hsks.sch.id/

Alamat: Jl. Raya Parigi Lama No.3A, Parigi, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15227

Telepon: 021-22211078

Sekolah ini fokusnya home-schooling, jadi bangunan sekolahnya sendiri tidak terlalu besar. Jadwal masuk sekolah hanya seminggu 2-3x, 4-5 jam sehari, sisanya belajar mandiri di rumah. Saya amazed banget sama psikolog sekolahnya, detil banget dan pas banget saran-sarannya untuk Rafa. 

Fasilitas ABK: ada psikolog sekolah, menyediakan shadow teacher, 1 kelas hanya 10 anak jadi guru bisa lebih memperhatikan setiap murid. 

Kuota ABK: 2 anak per kelas. 

Uang pangkal: 20 juta+

Uang formulir: 1 juta

SPP: 1 juta+

  1. Embun Pagi Islamic School

https://www.embunpagi.sch.id/

Alamat: Jl. Kapin Raya Jl. Raya Kalimalang No.8, RT.9/RW.8, Pd. Klp., Kec. Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13450

Telepon: 0811-8651-578 (whatsapp

Gedung sekolahnya bagus, ada 3 lapangan outdoor, kolam renang outdoor. Bilingual (Inggris, ada jadwal diajar oleh native speaker). Dalam 1 kelas maksimal 24-25 murid. Untuk kelas 1-2 tiap kelas ada 2 wali kelas. Sedangkan kelas 3-6 hanya ada 1 wali kelas. Ada solat dhuha bersama setiap hari, ada tahsin dan tahfiz.

Fasilitas ABK: ada psikolog sekolah, menyediakan shadow teacher, ada learning support unit

Kuota ABK: 2 anak per angkatan. 

Uang pangkal: 30 juta+

Uang formulir: 500 ribu

SPP: 2 juta+

Harganya wow banget ya, itu di luar biaya shadow teacher. Kalau anak harus didampingi shadow teacher, uang spp-nya nambah 2juta+ per bulan. Sebaiknya kita sudah menabung dari jauh hari untuk uang pangkal sekolah anak, misalnya dalam bentuk emas fisik, karena emas bisa menjaga nilai mata uang. Sekarang ANTAM sudah ada emas batang 0.5 gram, jadi bisa ditabung sedikit-sedikit. Oia, diusahakan beli emas langsung, atau COD, jangan online untuk menghindari riba. Eh jadi bahas emas, lanjut ttg sekolah lagi.

Tentang kurikulum, saat itu fokus saya hanya yg beban tugas dan hafalannya tidak berat. Misalnya kalau ada sekolah yg pulang jam 4 dan tugas masih seabrek, ga bakalan saya pilih. Rafa masih butuh banyak gerak dan stimulasi sensorinya. 

Rafa menjalani tes masuk di ketiga sekolah tersebut. Mau gimana lagi, karena jadwal pendaftaran dan tes masuk hampir berbarengan, sementara kuota ABK terbatas, dan ada kemungkinan tidak diterima, jadi langsung daftar 3 tempat. Oia, tes masuk ini sebenarnya lebih ke tes kesiapan sekolah sih, apakah sudah cukup fokus dan tenang untuk lama belajar di dalam kelas, juga apakah butuh didampingi shadow teacher saat sekolah nanti. Alhamdulillah Rafa diterima di ketiganya, dan akhirnya memilih di Embun Pagi karena lokasinya paling dekat dgn tempat tinggal kami saat ini. 

3 sekolah ini yg saya temukan saat survey beberapa tahun lalu. Mungkin saat ini sudah lebih banyak SD yang menerima ABK dan memiliki fasilitas penunjang yg baik juga, dan semoga harganya lebih terjangkau.

Tips

Saya lupa dapat tips ini dari mana, tapi saat survey pertama ke sekolah, jangan langsung bilang kalau kita memiliki anak berkebutuhan khusus. Ajak ngobrol petugas pendaftaran ttg sekolah tsb seperti biasa, kemudian tanya ttg bullying di sekolah itu (karena ABK rentan jadi korban bullying), kemudian baru tanya apakah menerima ABK, dan perhatikan juga bahasa tubuh petugas pendaftarannya, terutama saat membahas bullying dan ABK. Saat survey pertama ini biasanya saya datang sendiri. Rafa hanya datang saat survey kedua/ketiga, yaitu saat tes dengan psikolog sekolahnya. Last but most importantly, berdoa. Minta sama Allah supaya kita dapat sekolah yang baik bagi perkembangan anak kita. 

Siap mental

Kuatkan mental ya Bunda. Pengalaman saya, yg mudah-mudahan tidak dialami yg lain, yaitu mendapat komentar kurang menyenangkan ttg ABK dari petugas pendaftaran saat survey. Pengalaman lain, ada 1 sekolah inklusi, kebetulan di ruang pendaftaran saya ketemu kepala sekolahnya, beliau masyaAllah baik sekali, akhirnya saya terbuka saja kalau anak saya ABK, dan beliau bercerita bahwa di sekolah itu ada murid autis berat yg difasilitasi sekolah selama belajar, dan alhamdulillah perkembangannya baik. Qadarullah, saat dites Rafa ga mood, dan hasil tes dari psikolog bahwa Rafa tidak siap sekolah. Hikmahnya, saya jaga banget mood Rafa sebelum tes di sekolah lain. Dan alhamdulillah akhirnya Rafa diterima di sekolah yg baik juga. 

Akhir kata.. 

Alhamdulillah banget selama Rafa SD perkembangannya baik, teman-temannya juga baik-baik, guru-gurunya sabar-sabar, masyaAllah. Psikolog sekolah dan learning support unit selalu sigap saat saya butuh bantuan dalam proses belajar Rafa. Rejeki yang masyaAllah alhamdulillah banget. Semoga Bunda yang membaca ini juga dapat sekolah yang baik ya untuk anaknya, tetep husnudzon terhadap Allah, dan tetep semangat Bunda! 🙂 

Saat STR dokter habis masa berlakunya dan tidak praktek

Assalamu’alaykum, 

Kali ini saya mau cerita pengalaman saya perpanjang STR yang sudah habis masa berlakunya. STR dokter harus diperpanjang setiap 5 tahun dengan cara mengumpulkan SKP. Cara mendapatkan SKP yaitu dengan memenuhi minimal 250 SKP dari 5 ranah (3 wajib, 2 pilihan). Ketiga ranah wajib yaitu Pembelajaran (50-125), Profesional (75-150) dan Pengabdian Masyarakat (25-50). Lengkapnya bisa dilihat di akun IDI masing-masing dokter. 

Nah, walaupun di 2 ranah wajib jumlah SKP saya memenuhi, namun karena saya sudah lama tidak praktek (supaya lebih fokus mengurus anak saya yang spesial masyaAllah), tentu nilai SKP dari ranah Profesional 0. Namun, ada keinginan untuk bekerja lagi suatu saat nanti jika kondisi memungkinkan (jika masih diberi umur, dan atas izin Allah). Saat itu tahun 2019, STR saya sudah habis masa berlakunya tahun 2016. Jadi bagaimana kalau jumlah SKP tidak cukup? Jawabannya: Ujian Kompetensi Dokter (lagi!)

Dulu saat saya UKDI tahun 2010, belajarnya rame-rame bareng temen seangkatan, dan alhamdulillah lulus semua. Nah kalo sekarang aku kudu piye? #panikbentar

Setelah tenang, saya diskusi dengan suami, dan memutuskan untuk cari tahu lebih dalam tentang UKDI bagi dokter yang sudah bukan mahasiswa lagi. Alhamdulillah ada syarat dan ketentuannya lengkap di website http://idionline.org/kolegium-dokter-indonesia/uji-kompetensi-kdi/

Saat itu ternyata tidak sampai 1 bulan jadwal UKDI berikutnya, dan waktu pendaftaran tinggal 2 minggu lagi. Biidznillah, Allah memberikan kemudahan bagi saya mengumpulkan berkas yang dibutuhkan. Saya juga berkonsultasi dengan petugas di IDI Cabang Jakarta Timur, dan alhamdulillah dijelaskan dan dibantu pengurusan berkasnya. Berkas alhamdulillah selesai. Saya upload berkas2nya ke website di atas, juga bukti transfer biaya ujian. 

Belajarnya? Saya keluarin lagi semua catetan kuliah, minta tolong suami ajarin, banyakin doa, sedekah, solat tahajud. Belajar sampe begadang2 lagi. Waktu itu saya berpikir, yang penting saya usaha dulu, hasilnya gimana nanti.

Sekitar 1 minggu sebelum ujian, semua peserta dikumpulkan untuk mengumpulkan berkas. Setiap peserta menunggu giliran dipanggil untuk diperiksa berkas2nya. Untuk yang belum lengkap, diberikan waktu 1 minggu sampai hari ujian. Alhamdulillah berkas2 saya sudah lengkap dan sesuai. Saya diberikan kartu ujian untuk minggu depan. 

Di sisi lain, saya cukup terkejut, ternyata banyak juga yang ikut UKDI ini, ada sekitar 90. Ada yang seumuran saya, bahkan yang lebih tua juga banyak. Ada juga yang lebih muda, dan saya ajak ngobrol. Ternyata dulu dia kuliah di FK (Fakultas Kedokteran) luar negeri, jadi harus ikut kuliah penyetaraan di FK yang di Indonesia, lalu ikut UKDI juga. Saya juga ngobrol dengan beberapa mamak dokter lain, dan ceritanya masyaAllah semua. Disitu saya menyadari, ternyata jalan hidup dokter seberagam ini, dan saya ga berjuang sendiri.

Akhirnya tiba hari ujian. Semua peserta dikumpulkan di 1 ruangan. Kemudian panitia menyuruh peserta meninggalkan tasnya, termasuk HP di ruangan itu. Kami dibawa ke ruangan lain yang berisi banyak komputer. Setiap peserta duduk di komputer sesuai nomer ujiannya. Ada meja khusus di bagian depan jika ingin minum/makan snack yang dibawa sendiri. Saya lupa ujiannya berapa soal. Kalau ga salah 200 soal PG, waktunya 3 jam. Uda computerized, tinggal klik jawabannya aja. Kalau sebelum 3 jam uda selesai, boleh meninggalkan ruangan komputer, tapi ga boleh pulang. Peserta harus menunggu di ruangan lain, boleh makan minum, ke WC, ngobrol, kayang (ga lah), tapi tetep belom boleh pegang HP.

Kenapa belum boleh pegang HP? Jadi, dalam 1 hari itu ada 2 sesi ujian, dengan peserta yang berbeda. Waktu itu saya dapet sesi pagi. Semua peserta sesi pagi ga boleh pegang HP sampai peserta sesi siang sudah meninggalkan HP-nya. Hal ini untuk mencegah peserta sesi pagi membocorkan soal ujian ke peserta sesi siang.

Setelah peserta sesi siang masuk ruangan lain (supaya ga ketemu peserta sesi pagi) dan meninggalkan HP-nya, peserta sesi pagi baru boleh mengambil HP dan pulang. Hasil ujian akan diumumkan di website sekitar 1 bulan setelah ujian.

Sambil nunggu hasil ujian saya ngapain? Ya balik lagi ke rutinitas sehari-hari saya ngurus anak, hehe. Tetep banyak doa. Namun kalau diingat lagi, dari proses ngumpulin berkas, belajar lagi, dan saat ujiannya pun, banyaaak sekali kemudahan yang Allah berikan, alhamdulillah masyaAllah. Pas ngurus berkas ke FKUI, alhamdulillah pas sebelum pak Dekan pergi keluar kota. Pas belajar, alhamdulillah suami bisa bantu belajar, orangtua saya bisa bantu jaga anak saya. Pas ujian, alhamdulillah saya diberikan kesehatan, dapet lokasi komputer yang ga di bawah AC (saya ga tahan dingin), pas dapet komputer yang deket meja istirahat, dan soal2nya cukup banyak yang saya bisa jawab.

Alhamdulillah dari 30 dokter yang lulus, saya termasuk salah satunya. Bukan saya yang hebat, tapi Allah yang mudahkan.

Setelah lulus UKDI, saya dapat sertifikat rekomendasi (serkom) dokter umum. Serkom ini bisa diambil di Kolegium Dokter Indonesia, yang kemudian dibawa ke IDI cabang masing-masing (saya di Jakarta Timur) untuk mengurus STR yang baru. Ada syarat sudah menyelesaikan iuran anggota IDI tahunan, syarat lain saya lupa. Kemudian, STR yang baru akan dikirimkan lewat pos. 

Untuk para mamak-mamak dokter yang STR-nya uda habis masa berlakunya dan lama ga praktek, jangan kuatir, insyaAllah masih bisa diaktifkan lagi dengan ikut UKDI lagi dan lulus. Semangaaatt! 

Oia, saya ringkas ya prosesnya:

  1. Cek website http://idionline.org/kolegium-dokter-indonesia/uji-kompetensi-kdi/
  2. Upload berkas yang diminta, beserta bukti transfer biaya ujian
  3. Bawa semua berkas beserta bukti transfer saat briefing peserta (1 minggu sebelum hari ujian) untuk pemeriksaan berkas, kemudian kita dapat kartu ujian
  4. Saat hari ujian, datang tepat waktu dan uda makan sebelumnya 
  5. Hasil ujian akan diumumkan 1 bulan setelahnya di website
  6. Jika lulus, ambil sertifikat rekomendasi (serkom) di Kolegium Dokter Indonesia
  7. Bawa serkom ke IDI cabang untuk mengurus STR, lengkapi persyaratannya
  8. Tunggu STR yang baru dikirim lewat pos

Tadi saya cek, karena pandemi, UKDI tahun ini akan diadakan online lewat zoom dan aplikasi khusus. Jadwal UKDI IDI terdekat ada di bulan Mei. Pendaftaran dibuka sampai 31 April 2022.

Wassalamu’alaykum.. 

dr. Diana Andarini (yang STR-nya masih aktif sampai 2025 alhamdulillah)

Update Juni 2023

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

MasyaAllah, saya ga nyangka postingan ini banyak yg baca. Tiap berapa bulan ada saja sejawat yg dm ke ig saya menanyakan tentang UKDI ini. Terakhir bulan ini, dr.Yana dari Bandung menghubungi saya, dan dia baik hati mau update ttg UKDI saat ini. Jadi website yg diatas sudah tidak aktif, ada website yg baru, yaitu https://kdi-idi.or.id/ atau https://ukdi.kdi-idi.or.id/

Berikut saya screenshot persyaratan dari website KDI (Kolegium Dokter Indonesia) di atas.

Oia, ada surat keterangan yudisium yang ternyata ga semua punya (termasuk saya dulu). Berikut format surat yg saya buat waktu itu.

Yth. (nama dekan, lengkap dengan gelarnya)

Dekan FK (nama universitas)

di tempat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama: dr…

Tempat tanggal lahir:

Lulusan: (nama universitas, tanggal lulus)

Nomor mahasiswa:

Nomor ijazah:

Menyatakan permohonan pembuatan surat keterangan yudisium yang menyatakan lulus pendidikan profesi dokter dari (nama fakultas, universitas). Surat tersebut nantinya akan digunakan sebagai syarat mengikuti Uji Kompetensi Dokter untuk yang STR-nya tidak berlaku lagi dan tidak memenuhi syarat perpanjangan STR.

Demikian saya sampaikan permohonan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hornat saya,

dr….

UKDI terdekat yaitu 9 Juli 2023 ini, pelaksanaannya online, jadi sangat memudahkan untuk sejawat di berbagai daerah. Buat para sejawat mamak dokter berdaster, semangaaatt ujiannya, semoga Allah mudahkan, aamiin.

Menerima Takdir sebagai Ibu ABK

Assalamu’alaykum, saya mau sharing materi yang saya bawakan kemarin. Semoga bermanfaat bagi proses acceptance para Bunda yang dikaruniai ABK (anak berkebutuhan khusus).

Pada saat Rafa didiagnosis ASD (autism spectrum disorder), saya sempat denial, sampai “shopping dokter” dengan mendatangi 1 psikolog anak, 1 dokter rehabilitasi medik, 1 psikiater teman saya dan 1 psikiater anak. Semuanya memberikan diagnosis yang sama, sindrom Asperger/ASD ringan.

Tantangan apapun ke depannya bagi saya dan Rafa, insyaAllah sesuai kesanggupan kami, tidak perlu kuatir akan masa depan, husnudzon terhadap Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemberi Rezeki.

Seringkali terasa berat, disitulah saya berdoa memohon kemudahan pada Allah, agar beban yang seharusnya sanggup saya pikul, menjadi terasa lebih mudah.

Jalinlah komunikasi dan hubungan baik dengan pihak yang memberikan terapi (terapis, psikolog, dokter rehabilitasi medik, dokter anak) juga pihak sekolah (para guru, orangtua murid), insyaAllah akan sangat membantu anak.

Dulu saya seringkali menyalahkan diri sendiri atas segala sesuatu yang menimpa Rafa, dari mulai speech delay-nya, sampai ASD. Saya lupa, bahwa saya hanya manusia yang bisa berusaha, ada takdir Allah yang mutlak.

Prinsip “oxygen mask” saya dapatkan dari sahabat saya. Ibarat terjadi turbulence hebat di pesawat, masker oksigen dikeluarkan, pakailah untuk diri sendiri dulu, baru ke anak. Jangan terlalu fokus memenuhi kebutuhan anak, sampai melalaikan kebutuhan diri sendiri. Penuhi kebutuhan fisik (tidur cukup, tidak terlambat makan, olahraga), mental (me-time, dengan melakukan hobi seperti membaca buku, nonton, berkebun, dll) dan spiritual Bunda. Kebutuhan spiritual yaitu memenuhi kebutuhan jiwa (ruh, nafs) yang ingin selalu dekat dan beribadah kepada Allah. Milikilah cita-cita untuk Bunda sendiri, yang tidak berkaitan dengan anak, supaya Bunda lebih semangat menjalani hidup.

Semoga sharingnya bermanfaat. Wassalamu’alaykum.

I am a Muslim

In the beginning of one English online lesson, Rafa suddenly said to his teacher “I want to tell you one thing, I’m a Muslim, so I don’t celebrate christmas, halloween, etc, I only celebrate eid ul Fitr, eid ul Adha, and birthday. Please remember that.” And the teacher promised to remember. 

Perhaps you are wondering why on earth Rafa said those things. In his previous English lessons, he learned about holidays around the world, including christmas, halloween, valentine, new years, april’s fools day, etc. The teacher, assuming Rafa also celebrates those holidays, asks what he usually does on those holidays. Rafa was confused and couldn’t answer. I never told him about those holidays, because us Muslim don’t celebrate them.

So, after that lesson, I explained to him about those holidays, and that we don’t celebrate them, because it mimics the kuffar, contain shirk, more mudarah (harms) than maslahah (benefits). We discussed them, and he understood. That’s the background story. He is an 8 year old boy, and he is proud of his identity as a Muslim, and stands firm in his faith, masyaAllah alhamdulillah. May Allah SWT always protects and guides Rafa’s fitrah.

Yuk bisa yuk!

Indonesia sedang mengalami gelombang kedua covid yang luar biasa. IGD antri, ruang isolasi penuh, apalagi ruang ICU. Jumlah pasien baru covid dan kematian hampir setiap hari memecahkan rekor. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..

Untuk kita yang masih sehat.. Sebisa mungkin, sesering mungkin..

Jika terpaksa sekali keluar rumah..

Dan demi mencapai herd immunity, serta melindungi mereka yang tidak bisa divaksin.. Yuk segera..

Yuk kita bisa bersama-sama menghadapi gelombang kedua covid. Saling bantu. Jangan biarkan para tenaga kesehatan yang sudah kelelahan berjuang sendirian. Kita bantu dengan mencegah tertular dan menularkan covid. Bisa #dirumahaja #bersamamelawancovid

Kenapa?

Saat saya merasa kalut dengan berbagai kekuatiran akan masa depannya, 

Bagaimana jika ini dan itu menimpanya?

Saat saya merasa bersalah dengan pengasuhan yang saya berikan selama ini, 

Apakah sudah cukup? Apakah banyak yang terlewatkan? 

Kemudian ia menatap saya dengan kedua mata jernihnya, dengan jiwa yang masih suci juga bebas dosa, lalu berkata: “Bunda kenapa? Kenapa sedih? Kuatir kenapa?”

Seolah-olah saya diingatkan lagi, bahwa semua berjalan sesuai kehendak Allah. Semua yang sudah dan akan terjadi pada manusia, sesungguhnya sudah tertulis di lauhul mahfuz 50.000 tahun sebelum bumi diciptakan olehNya. Tugas kita sebagai hamba, berusaha sebaik mungkin dengan niat lillahi ta’ala.

Seolah-olah saya diingatkan lagi, tidak usah kuatir. Semua kejadian yang menimpa seorang hamba sudah terukur kadarnya, tidak mungkin lebih.

Kemudian ia memegang tangan saya dengan tangan mungilnya, lalu memeluk saya. Seolah-olah meyakinkan lagi, bahwa saya tidak perlu kuatir, ada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 

Reply Puncak 1990an-2000an

Gegara nonton Reply 1988, judul postnya jadi begini deh. Besok insyaAllah saya mau ajak Rafa ke area Puncak. Seingat saya, ini pertama kalinya saya dan suami ajak Rafa ke Puncak. Rencananya hanya makan siang di OJ Organic Farm, yang bisa disewa 1 hari hanya utk 1 keluarga max. 15 orang. Untuk harga, 150 ribu/orang, yang kalau menurut saya worth the price. Di masa pandemi ini, ajak anak ke tempat yang sepi apalagi private pas weekend itu susah. OJ Organic Farm ini deket banget sama Taman Safari, tapi karena saya liat berita dimana-mana tempat wisata termasuk Taman Safari rame, saya urung pergi. Untuk review OJ Organic Farm insyaAllah menyusul ya.

Dengar kata Puncak, saya teringat masa kecil saya. Kedua orang tua saya sibuk. Saat hari kerja, paling bertemu hanya saat malam. Jadi di saat weekend ataupun liburan panjang, mereka sering mengajak anak-anaknya berlibur, salah satunya ke Puncak. Dulu kami punya sebuah vila di Kota Bunga. Vilanya bergaya Jepang, dan beberapa kali direnovasi karena kayunya sering dimakan rayap dan lembab. Saya ingat ada gazebo-nya yang cukup tinggi. Saya dan adik-adik saya suka bermain peran disitu. Sepeda dan raket bulu tangkis juga tidak ketinggalan dibawa, biarpun saya payah, tapi tetap menyenangkan. Oia, kami juga suka bawa “bekal” komik setumpuk. Jaman dulu hape masih cupu, jadi mesti bawa banyak “bekal” buat hiburan di vila yang tenang.

Ada beberapa “rutinitas” saat kami sekeluarga pergi ke Puncak. Berangkat pagi-pagi dari Jakarta, melewati kebun teh yang berkelok-kelok, kadang saya mabok, tapi paling seneng kalo uda di area kebuh teh karena bisa buka jendela dan udaranya segar banget, masyaAllah. Kadang kalo ga sempet sarapan, mampir ke restoran Puncak Pass. Saya ingat minuman cokelat panasnya enak, dan restorannya kayu-kayu keren gitu. Menjelang siang, biasanya sudah hampir sampai vila, kami mampir untuk makan siang di restoran Ponyo, ayamnya enak buanget. Disitu juga biasanya ada tukang majalah yang menjajakan berbagai buku, majalah dan koran dengan cara berkeliling dari 1 meja ke meja lainnya. Biasanya Papa membelikan saya dan adik-adik saya komik Paman Gober dan majalah Bobo (buat tambahan “bekal”), sementara Papa kadang beli koran atau majalah otomotif, kadang desain interior, kadang tentang berkebun.

Sampai di vila, kami sekeluarga kerja bakti merapikan vila. Mbak di rumah ga dibawa, jadi yang biasanya tinggal teriak “mbak” utk urusan rumah tangga, di vila kami latihan mandiri. Saya inget dulu sempet “siyok” pas harus cuci piring pake air yang dingin banget. But it was fun, because we did it together. Sorenya leyeh-leyeh sebentar, abis itu pergi ke restoran untuk makan malam. Kadang restoran di area komplek vila, kadang keluar. Ada 1 restoran di luar komplek yg saya ingat banget. Restoran yg jual chinese food, dindingnya kaca semua, mejanya juga dempet-dempet, tapi makanannya wah masyaAllah enaaakk. Pulang dari restoran, kami suka mampir ke area mini market di komplek vila. Suka ada yg jual pisang bakar dan jagung bakar. Makan mulu ya, haha, abis udaranya dingin. Kadang juga kami mampir ke mini market utk membeli bbrp keperluan. Jaman dulu blom ada indomaret alfamart, jadi ya mini market seadanya aja. Malamnya biasanya tidur cepet karena tepar.

Paginya, orangtua kami suka ngajak jalan pagi keliling komplek. Komplek vila Kota Bunga itu unik, banyak tema bangunan vilanya. Biasanya kami jalan pagi melewati area vila tema koboi dan Belanda. Kalo lagi semangat, kadang kami jalan agak jauh sampai ke area vila Thailand. Sampai di vila, Mama bikinin sarapan indomi rebus. Buat saya itu uda spesial banget, karena Mama jarang masak. Biasanya yg masak si mbak, atau ya delivery. Indomi kornet bikinan Mama, pakai mangkuk hijau bening, menurut saya yg terbaik.

Setelah itu kami diajak ke taman bermain. Dulu namanya Mini Dufan. Pintu masuknya ada 2 tower, 1 berwajah senang, 1 berwajah sedih. Ada cukup banyak yang bisa dinaiki, bahkan seingat saya ada juga roller coaster mini. Untuk bermain disana, harus menukar uang dengan koin khusus. Kami biasa main sampai koin kami habis, baru keluar areanya soalnya kalo uda keluar mesti bayar lagi untuk masuk. Dan seinget saya, tiket masuknya lumayan mahal, jadi puas-puasin dulu main di dalem. Pas keluar pas jam makan siang. Setelah itu biasanya kami jalan ke area Little Venice. Jadi memang ada danau besar, dan arsitekturnya seperti di Italia. Ada gondola-nya juga kalo ga salah. Dulu areanya masih dibangun, jadi biasanya kami ngider-ngider di komplek vilanya aja. Di area ini vila-vilanya ada yang bertema China dan Eropa. Ah, saya juga ingat ada deretan vila buesar tema Swiss di sepanjang sungai. Seneng aja ngeliat vila-vila berbagai tema.

Sorenya biasanya leyeh-leyeh lagi, lalu makan malam. Setiap cari makanan di restoran luar komplek vila, saya suka melihat pemandangan dari mobil. Lampu-lampu berbagai rumah di kejauhan sangat cantik, dan kadang juga terlihat siluet gunung, juga banyak bintang, masyaAllah. Ada 1 restoran yg berkesan juga, namanya Melrimba Garden. Area food court dengan tembok batu bata, jadi kesannya rustic. Favorit saya toko taneman di sebrang restoran. Seneng aja ngeliat berbagai macam taneman. Kadang juga beli kaktus 1 atau 2, untuk dibawa ke vila. Ya biarpun kaktusnya ga tahan lama sih krn saya kurang telaten ngerawatnya.

Ah saya ingat! Paling sering kami ke Puncak saat liburan akhir tahun. Jadi malam harinya, kami suka ke gazebo sambil liatin kembang api yang biasanya diluncurkan dari berbagai sudut komplek vila tsb. Btw gazebo-nya ini memang dibuat tinggi, supaya bisa melihat pemandangan hampir seluruh komplek vila. Oia, kami juga suka bawa kembang api sendiri, jadi kalo uda cape main di jalanan vila, ya nontonin kembang api orang lain aja di gazebo. Malam itu biasanya kami tidur larut malam, karena suara kembang apinya berisik, haha.

Besoknya biasanya kami uda beres-beres vila lagi, karena harus kembali ke Jakarta. Kami, kembali pagi-pagi setelah sarapan, disaat jalanan belum macet. Di perjalanan pulang kami suka mampir Masjid Atta’awun. Masjid yang dikelilingi perkebunan teh. Omong-omong soal kebun teh, suatu saat saya pernah diajak orangtua saya untuk jalan kaki mengikuti jalan setapak di kebun teh. Kalo dari jauh keliatannya deket ya. Tapi pas dijalanin, cape juga, jauh juga, dan tinggiii. Pemandangan saat uda di atas, masyaAllah indah banget. Tapi kalo diulang berkali-kali ya ogah, wkwk. Siangnya biasanya kami uda sampai di Jakarta lagi.

Liburan singkat 3 hari 2 malam, di akhir tahun, dengan berbagai rutinitas rutin, merupakan pengalaman yang indah buat saya. Terutama karena saya menjalaninya dengan kedua orangtua dan adik-adik saya. Kapan lagi kami bersantai dan berkumpul seperti itu kalo bukan pas liburan. Vila itu juga menyimpan memori saya yang lain. Memori dengan geng cewe-cewe saat saya SMP, dimana Meteor Garden lagi tenar-tenarnya, sampe kami bawa seabrek DVD Meteor Garden buat maraton nonton. Ibu saya yg saat itu mendampingi ga habis pikir, ini bocah-bocah uda jauh-jauh ke Puncak, malah di vila doank nontonin cowo-cowo Taiwan, sambil nangis-nangis pula, wkwk. Juga memori dengan teman-teman kuliah saya. Teman-teman seperjuangan suka duka di kedokteran, yang saat di vila memakai pakaian biasa tanpa jas putih juga stetoskopnya, sementara melupakan segala diktat untuk menikmati liburan layaknya mahasiswa biasa. It was a short but meaningful getaway.

Vila itu sudah lama dijual oleh orangtua saya, karena semakin dewasa, saya dan adik-adik saya semakin “sibuk” dengan urusan masing-masing. Saya ingat, saat itu kedua orangtua saya terlihat cukup berat untuk menjualnya. Saat itu saya ga ngerti kenapa. Toh itu hanya properti diantara properti lain yang mereka miliki. Namun, sekarang saya paham, vila itu memiliki banyak memori, disaat kami sekeluarga kompak liburan bareng, dan bisa menikmati hal-hal sederhana.

Ada 1 hal yang paling berkesan buat saya. Orangtua saya sering membeli dari pedagang kecil. Seperti pedagang majalah di restoran ponyo, pedagang gemblong di jalan dan di area vila juga masjid, pedagang semprong, cobek, dll. Kadang barang/makanan yang dibeli dipakai/dimakan, kadang juga dikasih lagi ke orang lain. Seringnya para pedagang itu uda kakek nenek. Saya ingat ada pedagang jagung langganan ibu saya, sudah tua, tapi kalo senyum ceraaaah sekali. Semakin dewasa, saya tau kalau ibu saya hampir selalu memberi lebih saat membayar. Kebiasaan sedekah itu saya perhatikan terus, dan akhirnya ga sadar saya ikuti juga. Saya jadi paham istilah “children see, children do”. Hal-hal yang mungkin terlihat sepele, tapi dilakukan berulang-ulang di depan anak, bisa menginspirasi anak melakukan hal yg sama.

Semoga saya bisa memberikan memori yang baik ke Rafa, seperti kedua orangtua saya kepada saya saat kecil dulu. Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayani shogiro.

Tolong! Anak saya SPD!

Pertama, tarik nafas, buang nafas, perlahan.. Calm down.. It’s not the end of the world.

Jika Anda sudah tenang, maka langkah selanjutnya yaitu..

SEGERA periksakan anak Anda ke ahlinya

Dengan kemudahan mencari ilmu dengan ‘mbah google’, jangan mendiagnosis sendiri, pastikan kepada ahlinya. Siapa? Bisa dokter maupun psikolog di klinik tumbuh kembang anak. Beberapa klinik tumbuh kembang anak yg saya tahu yaitu:

  • Klinik Anakku (Jakarta): Jl. Raya Mandiri Tengah Blok M4D Kav. 1-2, Kelapa Gading Permai, RT.13/RW.18, Klp. Gading Tim., Kec. Klp. Gading, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14240. Whatsapp: 08111799288.
  • Klinik Pela 9 (Kebayoran, Kemang, Tomang, Bintaro) https://www.klinikpela9.com
  • Klinik Rainbow Castle (Jakarta): Jl. Zamrut Raya No.28, RT.5/RW.4, Sumur Batu, Kec. Kemayoran, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10640. Whatsapp: 081366900400.
  • Klinik Lalita (Bekasi, Alam Sutera) https://kliniklalita.com
  • Klinik tumbuh kembang di RS Hermina
  • Klinik Suryakanti (Bandung, Jawa Barat): Jl. Terusan Cimuncang, Sukapada, Kec. Cibeunying Kidul, Bandung, Jawa Barat 40125. Telepon: 022 7232369. https://suryakanti.or.id/en/

Saat Anda merasa anak Anda mungkin mengalami SPD (Sensory Processing Disorder), lakukan pemeriksaan secepat mungkin. Semakin cepat anak Anda terdiagnosis SPD, semakin dini terapi dilakukan, insyaAllah hasilnya lebih baik.

Terima kondisi anak Anda

Jika setelah Anda memeriksakan anak Anda ke ahlinya, dan anak Anda didiagnosis SPD, maka terimalah dengan lapang dada. Anak Anda dititipkan Allah kepada Anda, berarti Allah percaya bahwa Anda bisa mendidiknya dengan baik. Seorang sahabat saya, Novi, pernah bilang: anak spesial untuk orangtua spesial. Jangan berkecil hati hanya karena anak kita ‘berbeda’. Allah sudah menciptakan anak kita dengan kondisi terbaik. Tugas kita sebagai orangtua untuk memberikan pendidikan yg terbaik yg kita mampu, agar anak kita bisa berkembang optimal sesuai potensinya.

Jalani terapi offline dan online

Bagaimana dengan terapinya? Dalam kondisi pandemi saat ini, terutama di Indonesia, sulit untuk terapi offline, karena risiko tertular covid19 sangat besar. Walaupun mungkin tidak seoptimal terpai offline, jalani terapi online dengan baik, dan jika bisa dampingi anak. Setelah pandemi usai, dan terapi offline dibuka kembali, ikuti jadwalnya dengan baik. Jika disarankan 2x atau 3x seminggu, jalani. Jika ‘hanya’ disarankan 1x seminggu, jalani. Dokter dan terapis akan mengevaluasi hasil terapi setiap 3 bulan, apakah jadwal terapinya sudah cukup/belum, dan bagaimana perkembangan anak kita.

Jangan lupa lakukan home therapy

Setiap selesai sesi terapi, biasanya terapis akan memberikan beberapa latihan/aktivitas untuk dilakukan di rumah (home therapy). Sesi terapi dengan terapis biasanya sekitar 1 jam. Sementara waktu kita dengan anak kita di rumah jauh lebih banyak. Manfaatkan waktu di rumah dengan melakukan home therapy, insyaAllah perkembangan anak lebih cepat maju.

Syukuri setiap perkembangannya

Membandingkan anak kita dengan anak lain yang tipikal/tanpa SPD adalah BIG NO! Sudah jelas anak kita berbeda pada banyak hal. Membanding-bandingkan hanya membuat kita stres, yang pada akhirnya anak kita ikutan stres. Bersyukur atas setiap kemajuan pada perkembangan anak kita, walaupun terlihat sedikit kemajuannya. Bersyukur membawa dampak positif bagi kita dan anak.

Jangan menghentikan terapi sendiri

Seringkali, karena kemajuan perkembangan anak yang sepertinya minim, kita jadi tidak percaya dengan dokter/psikolog/terapis. Komunikasikan kekuatiran Anda kepada mereka, diskusikan baik-baik. Jika setelah diskusi, Anda merasa kurang sreg, silahkan cari klinik tumbuh kembang lain, yang penting jangan berhenti mencari tempat terapi yang cocok untuk anak Anda.

SABAR

Saya tulis huruf besar semua karena memang hal ini modal utama kita sebagai orangtua. Sabar ketika:

  • lingkungan kita (keluarga, teman, dll) tidak mendukung, berkata kita lebay, atau meremehkan “ah nanti juga sembuh sendiri”
  • menanti antrian di klinik tumbuh kembang. Saking banyaknya anak-anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang dan butuh terapi, antrian di berbagai klinik tumbuh kembang kadang bisa berbulan-bulan
  • kita sering ga paham perilaku anak walaupun kita sudah ‘menelan’ berbagai buku, artikel dan bahan bacaan lain mengenai SPD, juga berdiskusi dengan para dokter dan terapis
  • ‘hanya’ sedikit kemajuan perkembangan anak kita saat terapi
  • butuh waktu yang tidak sebentar, bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun untuk terapi.

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-Tin: 4)